Indonesia, negara besar yang kaya
sumber daya alamnya, beragam suku bangsa dan bahasanya, dan kaya akan jumlah
penduduknya, sampai ada istilah ‘Gemah Ripah Loh Jinawi’ yang artinya tenteram
dan makmur serta sangat subur tanahnya. Sudah selayaknya dengan potensi yang
begitu besar Indonesia sudah menjadi negara maju yang di segani di Asia, bahkan
di Dunia. Tetapi ternyata realitanya Indonesia tetaplah Indonesia, negara yang
selalu berkutat dengan masalah warisan para pendahulu kita, masalah yang tak
pernah terselesaikan. Pengangguran, Kemiskinan, Kebanjiran, Kekeringan,
ketidakmerataan pembangunan, korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) dan segudang
masalah klasik yang selalu menjadi awan gelap bagi negeri ini.
Yang terbaru yaitu masalah yang
terjadi kawasan ibu kota jakarta, tepatnya di kampung pulo. Wacana pemerintah
untuk mengatasi masalah kebanjiran dengan merelokasi pemukiman warga kampung
pulo yang sudah mendiami bantaran kali ciliwung sejak puluhan tahun lalu,
bahkan sebelum NKRi terbentuk, sebelum terciptanya UUD tentang kepemilikan
tanah dan bangunan. Mereka di anggap penghuni ilegal karena mendiami wilayah
tanpa bisa menunjukkan sertifikat kepemilikan tanah dan bangunan.
Pemerintah sebenarnya sudah menyiapkan Rusun di Jatinegara sebagai relokasi wilayah
bantaran kali ciliwung yang akan di gusur nantinya, tetapi sebagian warga
setempat malah menolak dengan berbagai alasan, pro dan kontrapun bermunculan,
dan yang terbaru yakni kericuhan yang terjadi karena sebagian warga menolak
untuk di relokasi.
Berbagai tanggapan mengalir dari
masyarakat, sebagian menilai pemerintah sudah cukup tepat dengan membangun
rusun Jatinegara yang akan di jadikan tempat relokasi bagi warga kp.pulo,
sebagian masyarakat yang lain menganggap bahwa solusi dari pemerintah kurang
serius,mengingat Mata pencaharian masyarakat akan menghilang jikalau kp.pulo di
gusur, belum lagi biaya sewa, air serta listrik yang menambah beban bagi warga
kp.pulo. pemerintah pun di nilai kurang serius menyelesaikan masalah yang
terjadi di kp. Pulo.
Lain lagi halnya dengan investasi
yang tengah di gandrungi masyarakat kelas menengah keatas dengan berinvestasi
di perumahan /KPR. Terus melonjaknya nilai jual tanah menjadi lahan bisnis yang
sangat menjanjikan. Permintaan akan perumahan tempat tinggal /KPR yang terus
meningkat, bedampak terhadap makin gencarnya bukaan akan lahan baru, yang
sejatinya sudah sangat jauh berkurang. Area hutan di tebang, rawa-rawa di
timbun yang mengakibatkan hilangnya daerah resapan air yang memperburuk kondisi
banjir ibu kota. Peran dari pemerintah sangat di harapkan dalam mengatasi
masalah ini serta pemerintah harus segera membuat langkah strategis yang harus
di lakukan untuk penyelamatan lingkungan hijau di ibu kota.
Pemerintah harusnya mulai berkaca
dari negara-negara yang berhasil mengatasi masalah serupa di kp.pulo yaitu yang
terjadi di Kerajaan Saudi Arabia baru-baru ini, seperti di lansir kompas.com
sebuah crane yang roboh menimpa para jemaat yang sedang melaksanakan ibadah
haji, akibatnya 107 orang di kabarkan meninggal dunia dan 238 orang di kabarkan
terluka.
Penyelidikan pun segeri dilakukan oleh
pihak pemerintah KSA, mereka dengan cepat tanggap segera mengevakuasi korban
dan memberikan sejumlah uang santunan kepada para korban, seperti dilansir
surat kabar setempat alriyadh, Santunan sebesar 1 juta riyal tidak hanya
diberikan kepada korban wafat, namun juga pada korban yang cacat permanen.
Sementara bantuan sebesar 500.000 riyal diberikan untuk setiap korban yang
mengalami luka-luka. Sikap tegas juga di tunjukkan pemerintah KSA dengan
pemutusan kerja sama dan membatalkan tender-tender selanjutnya serta melarang
pihak perusahaan pembangun ‘Bin Laden Corporation’ untuk bepergian keluar
negeri sampai penyelidikan selesai dilakukan.
Sudah selayaknya kita meniru terhadap
apa yang sudah dilakukan oleh negara Kerajaan Saudii Arabia, penanganan serius
terhadap masalah serupa, pengambilan kebijakan yang strategis serta peradilan
hukum tegas dan sesuai perundang-undangan.
Sebagai calon arsitek harus
berinovasi dan menuang gagasan untuk menciptakan bangunan yang menjadi solusi
yang bersahabat bagi alam dan lingkungan, peran pemerintah juga sangat vital
dalam hal ini, pengambilan kebijakan yang tepat serta peradilan hukum yang
tegas bagi para pelanggar akan sangat membantu pelestarian lingkungan hijau di
negeri ini, serta tidak tergoda keuntungan semata. Sekarang saatnya kita
kembalikan Indonesia menjadi negeri “GEMAH RIPAH LOH JINAWI”.

Arsitektur merupakan suatu cabang
ilmu yang mempelajari tentang bagaimana merencana dan merancang suatu bangunan
dengan memperhatikan kondisi lingkungan di sekitarnya. Dalam membangun suatu
bangunan, terkadang banyak di temui berbagai kendala yang dapat menghambat
proses pembangunan, diantaranya masalah iklim, cuaca, kontur tanah serta
berbagai masalah lingkungan yang vital.
Arsitektur merupakan ilmu
turun-temurun yang terus mengalami perubahan di setiap zaman, perubah dapat
sisebabkan oleh adaptasi terhadap lingkungan,kultur dan budaya wilayah
setempat, keadaan iklim dan cuaca,keinginan serta pemecahan dari masalah yang
ada. Dalam bangunan arsitektur juga banyak sekali yang mengambil konsep –konsep
dari alam, misalnya kuda-kuda pada atap itu mengambil contoh dari tulang yang
ada pada dedaunan.
Karena manusia hidup berdampingan
dengan alam sudah selayaknya dalam merancang suatu tempat tinggal kita juga
harus memikirkan kondisi alam sekitar kita. Kita harus membangun bangunan yang
tidak mencemari dan merusak keadaan sekitar kita. Untuk itulah di buat berbagai
peraturan yang menjadi acuan dalam membangun contohnya GSB (Garis Sepanjang
Bangunan) yang mengharuskan luasan bangunan 60% dari luasan yang ada, yang
sisanya dapat di buat taman-taman hijau, pembuatan sumur resapan untuk
menampung debit air hujan berlebih dan mencegah banjir, pembuatan septictank
untuk mencegah pembuangan air kotor ke sungai dan masih banyak lainnya.
Berbagai inovasi di munculkan agar suatu bangunan dapat beradaptasi dengan
keadaan lingkungannya, misalnya pembuatan atap yang mirip dibuat untuk
mengantisipasi saat hujan, pemasangan kaca pada bangunan juga dapat berfungsi
untuk menyaring intensitas cahaya yang masuk ke dalam bangunan, penanaman ‘paku
bumi’ sebagai penahan bangunan pada bangunan bertingkat tinggi untuk menjaga
bangunan dari perubahan keadaan tanah serta masih banyak lainnya.
Mudah-mudahan di masa mendatang
semakin banyak inovasi yang di hasilkan para arsitek sehingga bangunan yang
kita huni bersahabat dengan alam.

1. PENDAHULUAN
1.1 ARSITEKTUR
BIOLOGIK
Arsitektur biologi berarti ilmu penghubung antara manusia dan
lingkungannya secara keseluruhan. Titik berat definisi tersebut di atas
terletak pada keseluruhan. Hanya penyelesaian secara interdisipliner
memungkinkan pengertian sepenuhnya.
Jikalau kemanusiaan dan kebudayaan tidak menjadi pusat pada
penyelesaian arsitektur/pembangunan, maka prinsip biologis di abaikan. Bila itu
terjadi, arsitektur dan teknik di bidang bangunan perumahan hanya akan
membentuk rumah dan tempat kediaman tanpa roh dan jiwa, tanpa ada rasa
kemanusiaan. Manusia sebagai penghuni gedung dan bangunan tersebut akan
terasing.
Pentingnya arsitektur dan arsitek di cerminkan oleh komposisi
dan penghubungan bagian-bagian sebagai sesuatu yang harmonis dan kompleks.
Kualitas bangunan dengan bagian-bagian material dan rohani menentukan kualitas
lingkungan hidup manusia. Perhatian terhadap tiap-tiap bagian yang memengaruhi
kualitas kehidupan, di lakukan oleh arsitektur biologis
1.2 LINGKUNGAN
MANUSIA
Jikalau kita membandingkan kualitas lingkungan pada masa lalu
dengan keadaan sekarang, maka harus kita akui bahwa kualitasnya makin lama
makin menurun.
Kehidupan manusia yang seimbang dengan alam akan membutuhkan
pengertian baru bagi istilah-istilah yang ada, seperti misalnya pengertian
waktu, ruang, ukuran, fungsi, lingkungan dan sebagainya.
1.3 PENGARUH ENERGI
Salah satu usaha untuk mencapai keseimbangan dengan alam ialah
memberikan perhatian pada energi yang dibutuhkan, sebab penggunaan energi yang
paling sedikit, juga akan merusak lingkungan manusia paling sedikit. Itu
berarti bahwa dalam setiap tindakan membangun, kita membutuhkan perhitungan
energi dengan memperhatikan, misalnya:
· Energi untuk eksploitasi
bahan bangunan
· Energi untuk
persiapan bahan bangunan
· Energi untuk
transportasi bahan bangunan
· Energi untuk
mendirikan gedung
· Energi untuk
memelihara gedung
· Energi untuk
perubahan penggunaan gedung
· Energi untuk
membongkar gedung tersebut dsb.
1.4 TEKNOLOGI
PROTEKTIF ( PERLONDUNGAN )
Menurut Prof. H. R. Hugi pada makalahnya Angepesste Technologie
fur Entwicklungslander keseimbangan meliputi :
· Seimbang dengan
alam
· Seimbang dengan
manusia
· Seimbang dengan
lingkkungan
2. PENGERTIAN
WAKTU
2.1 SEJARAH
Pembangunan dan kebudayaan merupakan perwujudan sejarah manusia.
Terutama pada masa yang lalu pembangunan rumah kediaman berarti tanda
kehidupan, berarti aktivitas oleh masyarakat setempat. Kehidupan ditentukan
oleh agama, kebudayaan dan masyarakat setempat.
2.2 Waktu sekarang
Waktu sekarang merupakan peralihan antara sejarah masa lampau
dan masa depan. Cara membangun sudah berubah. Pada masa lalu atap merupakan
perlindungan dan tujuan utama rumah kediaman, sedangkan pada masa sekarang
sudah jauh berbeda karena penghuni bermukim lebih padat. Kini dibutuhkan
keamanan untuk rahasia pribadi, sehingga dinding-dinding dibangun. Kini orang
membutuhkan kesenangan hidup dengan fasilitas aliran listrik, membutuhkan air
sehat, lingkungan sehat dengan drainase dan sebagainya. Penghunitidak dapat
membangun rumahnya lagi, karena didahului oleh teknologi dan pengkhususan
tukang dan ahli.
2.3 Masa depan
3. PENGERTIAN
RUANG
3.1 Alam
Manusia dan kebudayaannya serta peradaban yang dihasilkan
terletak pada alam disekitarnya dengan hukum alamnya. Dari keseimbangan dengan
lingkungan sosial-kebudayaan tertentu, kemudian dibuat faktor-faktor
lingkungan, serta pembangunan rumah, pondok dan sebagainya. Kualitas perumahan
akan meningkat dengan keselarasannya dengan alam sekitar, ketentuan ini akan
menjadi dasar ekologi manusia.
3.2 Manusia
Pengertian ruang sejauh berhubungan dengan manusia merupakan
sesuatu yang sangat sulit dijabarkan, sama sulitnya dengan pengertian ruang
dalam kaitannya dengan masyarakat.
3.3 Masyarakat
Selamanya manusia bekerja dan melakukan sesuatu yang berimbang
dengan kemanusiaan dan alam. Kesulitan selalu terdapat pada manusia dan citra
dirinya, yakni hubungannya sebagai individu dengan masyarakat, kebudayaan
dengan agama. Sebagai keterangan, misalnya kita dapat mengerti bahwa kelaparan
yang terdapat diseluruh dunia dapat diubah dengan makanan. Asal ada makanan,
maka kelaparan tidak akan ada. Di bidang perumahan, pembangunan dan pemukiman,
cara penyelesaian di atas tidak akan berjalan, justru karena perbedaan
pengertian pengertian yang begitu beragam di daerah atau negara masing-masing.
3.4 Bangunan
4. PENGERTIAN
UKURAN
4.1 Perbandingan
arsitektur alam dan teknik
Arsitektur masa depan harus lebih efisien dengan menggunakan
energi yang jauhlebih sedikit. Arsitektur seharusnya lebih biologik.
4.2 Peradaban
(sivilisasi) dan kebudayaan
5. PENGERTIAN
FUNGSI
Fungsi menentukan arti. Perlindungan terhadap kehidupan manusia
ialah tujuan pembangunan. Fungsi melindungi tidak boleh dicampur dengan
fungsionalisme sebagai gaya arsitektur. Pengertian fungsi tentunya jauh lebih
luas. Pada alam, semuanya bersifat fungsional, semua mempunyai fungsi, dan
jikalau arsitektur biologis dapat diterapkan sebagai semacam arsitektur alam
maka semuanya juga berfungsi.
5.1 Situasai dan
analisa site
Analisa site sebagai dasar perencanaan tidak mencukupi lagi
untuk perencanaan kulit manusia ketiga jika hanya arsitek saja yang menentukan
letak site tersebut. Ia membutuhkan bantuan ahli-ahli lain sehingga penilaian
atas site bersifat menyeluruh.
5.2 Ruang dan iklim
Bangunan dan konstruksinya dibutuhkan manusia antara lain untuk
menghdapi pengaruh iklim. Faktor penting untuk membangun perlindungan terhadap
cuaca dan iklim tersebut ialah penyinaran, suhu, kelembaban udara, ventilasi
dan sebagainya.
5.3 Energi dan bahan
bangunan
5.4 Cara membangun
dan konstruksi bangunan
a) Bagian
bangunan utama
b) Bagian
bangunan yang bersifat pelengkap
5.5 Hubungan dan
sambungan
Membangun tempat tinggal selalu merupakan usaha merangkai,
menyambung, menghubungkan bahan, ruang dan sebagainya. Dengan kata lain
sambungan biasanya kita artikan sebagai suatu sambungan mekanik seperti
misalnya dua balok kayu yang ditakik sehingga hubungannya erat dan kuat.
Sambungan-sambungan kimik atau sambungan-sambungan biologik sampai kini masih
jarang digunakan, walaupun sambungan bangunan alam misalnya senua biologik atau
kimik.
5.6 Ukuran dan
proporsi
1. Pengalaman
dasar visual
2. Pytagoras
3. Pytagoras
telah berhasil dengan penyelidikan mengenai selingan selaras/harmonis dalam
bidang musik
5.7 Ruang dan bentuk
J. A. Scheiderfrankan seorang ahli filsafat penulis buku Geist
und form dengan nama samaran Bo Yin Ra mengemukakan tentang arti bentuk sebagai
faktor teratur pada jiwa manusia :
“ lingkungan kita harus memperlihatkan bentuk yang kita rasakan sebagai murni dan benar! Jangan kita lupa, bahwa semua lingkungan kita mempengaruhi kita kembali dan membentuk kita! “
“ lingkungan kita harus memperlihatkan bentuk yang kita rasakan sebagai murni dan benar! Jangan kita lupa, bahwa semua lingkungan kita mempengaruhi kita kembali dan membentuk kita! “
6. PENGERTIAN
LINGKUNGAN
6.1 Lingkungan alam
Sifat, cara pemilihan dan pengelolaan atas tanah serta bangunan,
baik oleh pemerintah maupun masyarakat, ikut menjadi faktor penentu dalam
pembangunan pemukiman maaupun kelangsungan kehidupan manusia sehari-hari.
6.2 Lingkungan
sekitar (Lingkungan buatan)
Tuntutan tersebut harus dijawab dengan menggalakkan penggunaan
bahan bangunan setempat seperti kayu, bambu, batu kali, tanah liat, tras,
pasir, rumbia dan mengurangi penggunaan bahan bangunan seperti semen, asbes
semen, plastik, baja, kaca, aluminium dan sebagainya yang penyediannya sangat
memboroskan energi dan sumber alam. Arsitektur biologik bukan lagi seni semacam
seni patung saja, melainkan terutama mendasar pada penggunaan bahan-bahan
bangunan biologik.
6.3 Lingkungan
sosial dan ekonomi
7. BAHAN
BANGUNAN BIOLOGIS
7.1 Bahan bangunan
yang dapat dibudidayakan lagi
a) Kayu
b) Bambu
c) Rumbia,
alang-alang dan ijuk
7.2 Bahan bangunan
alam yang dapat digunakan lagi
a) Tanah,
tanah liat dan lempung
b) Batu
alam
7.3 Bahan bangunan
alam yang dapat disediakan oleh industrial
a) Batu
buatan yang dibakar (batu merah)
b) Genting
flam dan genting pres
c) Batu
buatan yang tidak dibakar (batako)
8. PERENCANAAN
ARSITEKTUR BIOLOGIS
8.1 Tujuan
pembangunan biologis
ARSITEK DAN LINGKUNGAN
1. PENDAHULUAN
1.1 ARSITEKTUR
BIOLOGIK
Arsitektur biologi berarti ilmu penghubung antara manusia dan
lingkungannya secara keseluruhan. Titik berat definisi tersebut di atas
terletak pada keseluruhan. Hanya penyelesaian secara interdisipliner
memungkinkan pengertian sepenuhnya.
Jikalau kemanusiaan dan kebudayaan tidak menjadi pusat pada
penyelesaian arsitektur/pembangunan, maka prinsip biologis di abaikan. Bila itu
terjadi, arsitektur dan teknik di bidang bangunan perumahan hanya akan
membentuk rumah dan tempat kediaman tanpa roh dan jiwa, tanpa ada rasa
kemanusiaan. Manusia sebagai penghuni gedung dan bangunan tersebut akan
terasing.
Pentingnya arsitektur dan arsitek di cerminkan oleh komposisi
dan penghubungan bagian-bagian sebagai sesuatu yang harmonis dan kompleks.
Kualitas bangunan dengan bagian-bagian material dan rohani menentukan kualitas
lingkungan hidup manusia. Perhatian terhadap tiap-tiap bagian yang memengaruhi
kualitas kehidupan, di lakukan oleh arsitektur biologis
1.2 LINGKUNGAN
MANUSIA
Jikalau kita membandingkan kualitas lingkungan pada masa lalu
dengan keadaan sekarang, maka harus kita akui bahwa kualitasnya makin lama
makin menurun.
Kehidupan manusia yang seimbang dengan alam akan membutuhkan
pengertian baru bagi istilah-istilah yang ada, seperti misalnya pengertian
waktu, ruang, ukuran, fungsi, lingkungan dan sebagainya.
1.3 PENGARUH ENERGI
Salah satu usaha untuk mencapai keseimbangan dengan alam ialah
memberikan perhatian pada energi yang dibutuhkan, sebab penggunaan energi yang
paling sedikit, juga akan merusak lingkungan manusia paling sedikit. Itu
berarti bahwa dalam setiap tindakan membangun, kita membutuhkan perhitungan
energi dengan memperhatikan, misalnya:
· Energi untuk
eksploitasi bahan bangunan
· Energi untuk
persiapan bahan bangunan
· Energi untuk
transportasi bahan bangunan
· Energi untuk
mendirikan gedung
· Energi untuk
memelihara gedung
· Energi untuk
perubahan penggunaan gedung
· Energi untuk
membongkar gedung tersebut dsb.
1.4 TEKNOLOGI
PROTEKTIF ( PERLONDUNGAN )
Menurut Prof. H. R. Hugi pada makalahnya Angepesste Technologie
fur Entwicklungslander keseimbangan meliputi :
· Seimbang dengan
alam
· Seimbang dengan
manusia
· Seimbang dengan
lingkkungan
2. PENGERTIAN
WAKTU
2.1 SEJARAH
Pembangunan dan kebudayaan merupakan perwujudan sejarah manusia.
Terutama pada masa yang lalu pembangunan rumah kediaman berarti tanda
kehidupan, berarti aktivitas oleh masyarakat setempat. Kehidupan ditentukan
oleh agama, kebudayaan dan masyarakat setempat.
2.2 Waktu sekarang
Waktu sekarang merupakan peralihan antara sejarah masa lampau
dan masa depan. Cara membangun sudah berubah. Pada masa lalu atap merupakan
perlindungan dan tujuan utama rumah kediaman, sedangkan pada masa sekarang
sudah jauh berbeda karena penghuni bermukim lebih padat. Kini dibutuhkan
keamanan untuk rahasia pribadi, sehingga dinding-dinding dibangun. Kini orang
membutuhkan kesenangan hidup dengan fasilitas aliran listrik, membutuhkan air
sehat, lingkungan sehat dengan drainase dan sebagainya. Penghunitidak dapat
membangun rumahnya lagi, karena didahului oleh teknologi dan pengkhususan
tukang dan ahli.
2.3 Masa depan
3. PENGERTIAN
RUANG
3.1 Alam
Manusia dan kebudayaannya serta peradaban yang dihasilkan
terletak pada alam disekitarnya dengan hukum alamnya. Dari keseimbangan dengan
lingkungan sosial-kebudayaan tertentu, kemudian dibuat faktor-faktor
lingkungan, serta pembangunan rumah, pondok dan sebagainya. Kualitas perumahan
akan meningkat dengan keselarasannya dengan alam sekitar, ketentuan ini akan
menjadi dasar ekologi manusia.
3.2 Manusia
Pengertian ruang sejauh berhubungan dengan manusia merupakan
sesuatu yang sangat sulit dijabarkan, sama sulitnya dengan pengertian ruang
dalam kaitannya dengan masyarakat.
3.3 Masyarakat
Selamanya manusia bekerja dan melakukan sesuatu yang berimbang
dengan kemanusiaan dan alam. Kesulitan selalu terdapat pada manusia dan citra
dirinya, yakni hubungannya sebagai individu dengan masyarakat, kebudayaan
dengan agama. Sebagai keterangan, misalnya kita dapat mengerti bahwa kelaparan
yang terdapat diseluruh dunia dapat diubah dengan makanan. Asal ada makanan,
maka kelaparan tidak akan ada. Di bidang perumahan, pembangunan dan pemukiman,
cara penyelesaian di atas tidak akan berjalan, justru karena perbedaan
pengertian pengertian yang begitu beragam di daerah atau negara masing-masing.
3.4 Bangunan
4. PENGERTIAN
UKURAN
4.1 Perbandingan
arsitektur alam dan teknik
Arsitektur masa depan harus lebih efisien dengan menggunakan
energi yang jauhlebih sedikit. Arsitektur seharusnya lebih biologik.
4.2 Peradaban
(sivilisasi) dan kebudayaan
5. PENGERTIAN
FUNGSI
Fungsi menentukan arti. Perlindungan terhadap kehidupan manusia
ialah tujuan pembangunan. Fungsi melindungi tidak boleh dicampur dengan
fungsionalisme sebagai gaya arsitektur. Pengertian fungsi tentunya jauh lebih
luas. Pada alam, semuanya bersifat fungsional, semua mempunyai fungsi, dan
jikalau arsitektur biologis dapat diterapkan sebagai semacam arsitektur alam
maka semuanya juga berfungsi.
5.1 Situasai dan
analisa site
Analisa site sebagai dasar perencanaan tidak mencukupi lagi
untuk perencanaan kulit manusia ketiga jika hanya arsitek saja yang menentukan
letak site tersebut. Ia membutuhkan bantuan ahli-ahli lain sehingga penilaian
atas site bersifat menyeluruh.
5.2 Ruang dan iklim
Bangunan dan konstruksinya dibutuhkan manusia antara lain untuk
menghdapi pengaruh iklim. Faktor penting untuk membangun perlindungan terhadap
cuaca dan iklim tersebut ialah penyinaran, suhu, kelembaban udara, ventilasi
dan sebagainya.
5.3 Energi dan bahan
bangunan
5.4 Cara membangun
dan konstruksi bangunan
a) Bagian
bangunan utama
b) Bagian
bangunan yang bersifat pelengkap
5.5 Hubungan dan
sambungan
Membangun tempat tinggal selalu merupakan usaha merangkai,
menyambung, menghubungkan bahan, ruang dan sebagainya. Dengan kata lain
sambungan biasanya kita artikan sebagai suatu sambungan mekanik seperti
misalnya dua balok kayu yang ditakik sehingga hubungannya erat dan kuat.
Sambungan-sambungan kimik atau sambungan-sambungan biologik sampai kini masih
jarang digunakan, walaupun sambungan bangunan alam misalnya senua biologik atau
kimik.
5.6 Ukuran dan
proporsi
1. Pengalaman
dasar visual
2. Pytagoras
3. Pytagoras
telah berhasil dengan penyelidikan mengenai selingan selaras/harmonis dalam
bidang musik
5.7 Ruang dan bentuk
J. A. Scheiderfrankan seorang ahli filsafat penulis buku Geist
und form dengan nama samaran Bo Yin Ra mengemukakan tentang arti bentuk sebagai
faktor teratur pada jiwa manusia :
“ lingkungan kita harus memperlihatkan bentuk yang kita rasakan sebagai murni dan benar! Jangan kita lupa, bahwa semua lingkungan kita mempengaruhi kita kembali dan membentuk kita! “
“ lingkungan kita harus memperlihatkan bentuk yang kita rasakan sebagai murni dan benar! Jangan kita lupa, bahwa semua lingkungan kita mempengaruhi kita kembali dan membentuk kita! “
6. PENGERTIAN
LINGKUNGAN
6.1 Lingkungan alam
Sifat, cara pemilihan dan pengelolaan atas tanah serta bangunan,
baik oleh pemerintah maupun masyarakat, ikut menjadi faktor penentu dalam
pembangunan pemukiman maaupun kelangsungan kehidupan manusia sehari-hari.
6.2 Lingkungan
sekitar (Lingkungan buatan)
Tuntutan tersebut harus dijawab dengan menggalakkan penggunaan
bahan bangunan setempat seperti kayu, bambu, batu kali, tanah liat, tras,
pasir, rumbia dan mengurangi penggunaan bahan bangunan seperti semen, asbes
semen, plastik, baja, kaca, aluminium dan sebagainya yang penyediannya sangat
memboroskan energi dan sumber alam. Arsitektur biologik bukan lagi seni semacam
seni patung saja, melainkan terutama mendasar pada penggunaan bahan-bahan
bangunan biologik.
6.3 Lingkungan
sosial dan ekonomi
7. BAHAN
BANGUNAN BIOLOGIS
7.1 Bahan bangunan
yang dapat dibudidayakan lagi
a) Kayu
b) Bambu
c) Rumbia,
alang-alang dan ijuk
7.2 Bahan bangunan
alam yang dapat digunakan lagi
a) Tanah,
tanah liat dan lempung
b) Batu
alam
7.3 Bahan bangunan
alam yang dapat disediakan oleh industrial
a) Batu
buatan yang dibakar (batu merah)
b) Genting
flam dan genting pres
c) Batu
buatan yang tidak dibakar (batako)
8. PERENCANAAN
ARSITEKTUR BIOLOGIS
8.1 Tujuan
pembangunan biologis
Penyelidikan arsitektur dan pembangunan mempunyai tujuan yang
berbeda satu sama lain. Dalam penyelidikan itu biasanya bagian teknik dan
ekonomi lebih diutamakan, sekalipun teknik tersebut belum pasti menjadi teknik
yang terbaik. Pada umumnya dalam hal-hal dasar dan standar, terutama dibidang
bahan, bangunan biologik masih mengalami cacat. Sebenarnya, pada semua
penyelidikan seharusnya diperhatikan juga soal psikologi dan ekologi secara
indisipliner.
8.2 Bentuk bangunan
dan bahan bangunan
Bahan bangunan dan konstruksi bangunan adalah dua unsur
pembentuk bangunan. Akan tetapi bentuk bangunanpun ditentukan oleh fungsinya,
menurut kebutuhan dasar penghuninya dan cara membangunnya, yaitu cara membatasi
ruang tersebut secara konstruktif dengan lantai, dinding, susunan atap dan
sebagainya.
8.3 Sistem
perencanaan
Perencanaan arsitektur biologik dengan bahan bangunan biologik
merupakan suatu lintas ilmu yang melibatkan antara lain insinyur, ahli bangunan
dan pemberi tugas (bouwheer). Kerja sama yang baik antara mereka yang terlibat
akan memungkinkan optimalisasi dalam perencanaan.
8.4 Arsitektur
tradisional
Istilah arsitektur tradisional dapat diartikan sebagai suatu
arsitektur yang diciptakan/dilakukan dengan cara yang senantiasa sama sejak
beberapa generasi. Dengan demikian, arsitektur tradisional memperlihatkan
hubungan manusia dengan sejarahnya dalam bidang bangunan dan permukiman.
8.5 Menuju
arsitektur biologis
a) Pendahuluan
b) Rudolf
Doernach
c) Peter
Schmid
8.6 prospek mendatang
8.2 Bentuk bangunan dan bahan bangunan
Bahan bangunan dan konstruksi bangunan adalah dua unsur
pembentuk bangunan. Akan tetapi bentuk bangunanpun ditentukan oleh fungsinya,
menurut kebutuhan dasar penghuninya dan cara membangunnya, yaitu cara membatasi
ruang tersebut secara konstruktif dengan lantai, dinding, susunan atap dan
sebagainya.
8.3 Sistem
perencanaan
Perencanaan arsitektur biologik dengan bahan bangunan biologik
merupakan suatu lintas ilmu yang melibatkan antara lain insinyur, ahli bangunan
dan pemberi tugas (bouwheer). Kerja sama yang baik antara mereka yang terlibat
akan memungkinkan optimalisasi dalam perencanaan.
8.4 Arsitektur
tradisional
Istilah arsitektur tradisional dapat diartikan sebagai suatu
arsitektur yang diciptakan/dilakukan dengan cara yang senantiasa sama sejak
beberapa generasi. Dengan demikian, arsitektur tradisional memperlihatkan
hubungan manusia dengan sejarahnya dalam bidang bangunan dan permukiman.
8.5 Menuju
arsitektur biologis
a) Pendahuluan
b) Rudolf
Doernach
c) Peter
Schmid
8.6 prospek
mendatang

A. PENGANTAR EKOLOGI DASAR DAN FISIKA
BANGUNAN
1. Dasar-dasar ekologi
Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
hubungan timbale balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.
2. Aliran dalam ekosistem
Organisme-organisme dan kemampuannya tergantung pada aliran
energy dan zat-zat yang dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu untuk memproduksi
materi organic. Energy surya terutama dibutuhkan untuk menjalankan peredaran
materi tersebut karena elemen-elemen vital dan alat bantu yang dapat digunakan
oleh organism-organisme pada ekologi system alam tidak tersebar merata. Aliran
ini disebut daur, siklus, atau peredaran. Istilah ini berubah menurut buku-buku
ekologi yang digunakan.
3. Iklim dan ruang
Iklim merupakan susunan keadaan atmosferis dan cuaca dalam
jangka waktu dan daerah tertentu. Iklim pada tempat tertentu dapat diterangkan
berdasarkan urutan terjadinya keadaan-keadaan tersebut. Sesuai dengan
titik pandangan, maka bobot masing-masing keadaan berbeda dan iklim biasanya
digolongkan atas ikim makro dan iklim mikro.
4. Cahaya
Cahaya adalah bagian penting bagi kehidupan manusia, terutama
untuk mengenali lingkungan dan menjalankan aktivitasnya. Tanpa cahaya dunia
gelap, menakutkan, tidak ada yang bias dikenali, dan tidak ada keindahan
visual. Dengan cahaya, manusia dapat beraktivitas dengan nyaman dan menikmati
kesenian, lingkungan alam dan buatan.
5. Bunyi
Indra pendengaran adalah telinga manusia. Daun telinga berfungsi
sebagai corong untuk mengumpulkan getaran bunyi. Getaran bunyi tersebut
kemudian masuk kedalam lubang telinga. Bila getaran bunyi mencapai gendang
telinga, maka gendang telinga akan ikut bergetar. Getaran gendang telinga
menggetarkan tulang-tulang pendengaran. Selanjutnya tingkap jorong dan rumah
siput (koklea) ikut bergetar, demikian pula cairan limfa di dalam rumah siput.
Getaran cairan limfa merangsang ujung-ujung saraf yang menyampaikan rangsangan
bunyi tersebut ke otak.
B. PEMBANGUNAN DAN KERUSAKAN ALAM
1. Ekologi dan arsitektur ekologis
Pembangunan rumah atau tempat tinggal sebagai kebutuhan
kehidupan manusia dalam hubungan timbale-balik dengan lingkungan alamnya
dinamakan arsitektur ekologis atau eko-arsitektur.
2. Unsur pokok eko-arsitektur dan
pengaruh pencemaran pada kesehatan manusia
Bagi banyak manusia tradisional segala materi terdiri dari empat
unsur yaitu udara (angin), air (banyu), tanah/bumi (lemah), dan api/enegi
(geni). Walaupun menurut pengetahuan masa kini, hal tersebut jauh lebih rumit.
Empat unsure tersebut dapat dianggap sebagai awal pembicaraan hubungan
timbale-balik antara gedung dan lingkungan.
3. Kualitas arsitektur dan tugas si arsitek
Arsitektur biologi sebenarnya lebih indah, lebih tepat guna
daripada pembangunan biasa saja, yang menonjol adalah kualitas arsitektur yang
tinggi. Kualitas biasanya sulit diukur dan ditentukan, terlebih lagi dari
bidang arsitektur. Dimana garis batas antara arsitektur yang bermutu tinggi
(berkualitas) dan arsitektur yang biasa saja.
C. JEJAK EKOLOGIS
1. Pengertian jejak ekologis dan sekitarnya
Setiap makhluk, manusia, binatang atau tumbuhan,merindukan
kehidupan. Akan tetapi, tidak ada makhluk yang mampu memuaskan nafsu
kehidupannya tanpa membatasi kualitas kehidupan makhluk yang lain. Hal ini
berlaku terutama bagi manusia dengan nafsu atas kesejahteraan social,
kenikmatan, dan keuntungan material yang tidak dapat terpenuhi.
Dalam hal ini diadakan dua percobaan untuk menyeimbangkan
ketidakseimbangan tersebut, yaitu kode etik lingungan dan jejak ekologis
(ecological footprint).
2. Jejak ekologis dan pengaruh atas
pembangunan
Tumbuhan sebagai makhluk tetap berada di tempat pengolahan
sampah dalam rangka kerja sama dengan organism perombak sehingga lingkungan
hidupnya tetap terjaga. Lain hakya dengan manusia dengan berpindah-pindah
tempat, misalnya manusia. Ketidakperhatian pada rantai bahan sebagai peredaran
alam mengakibatkan penyakit menular dan merusak lingkungan alam sekitar.
3. Alam sebagai pola perencanaan
D. MEMBANGUN UNTUK MENGHUNI
1. Hubungan antara kegiatan manusia dan
ketergantungan pada tempat
Garis besar ini memperhatikan pembangunan dengan sendirinya
maupun arsitektur yang berarti fungsi, bentuk, proporsi, teknik, dan sebagainya
bahkansbagainya mengutamakan penentuan tempat yang bertuah, penanaman bangunan
di dalam tanah, hubungan-hubungan yang sungguh-sungguh di antara bangunan
buatan dan dunia alam yang menyumbangkan segala kehidupan dalam agama hindu.
2. Membangun sebagai organisasi fungsi
Kehidupan pada umumya terjadi di dalam ruang yang dibangun oleh
manusia. Istilah ruang (space) tidak hanya meliputi ruang dalam, tetapi juga
ruang luar, misalnya jalan yang dibentuk oleh dinding, rumah, atau tanaman
sekeliling. Kualitas kenyamanan, sifat, dan bentuk ruang juga mempengaruhi jiwa
penghuni. Sesuai dengan kebutuhan jasmani dan rohani kita, mutu ruang
tergantung dari suhu, cahaya, warna, bahan bangunan atau keadaan (tenang atau
bising). Ukuran dan suasana ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan ruang
masing-masing kegiatan.
3. Cipta rasa dan karsa
Setelah mata manusia sejak berabad-abad merupakan organ
pancaindra yang utama , pembatasan yang diakibatkan kenyataan tersebut makin
jelas. Pada masa kini timbul keinginan untuk memanfaatkan daya tanggap dengan
semua pancaindra.
Perhatian para desain yang mengutamakan fungsi (kegunaan rumah)
sering mengbaikan batas-batas kenyamanan serta daya tahan konstruksi dan bahan
bangunan. Seperti telah diuraikan di atas juga, semua pancaindra (bukan hanya
mata saja) seharusnya terlibat pada waktu manusia menangkap suatu gedung, suatu
pandangan yang indah atau lingkungan biasa.
4. Menghuni dan partisipasi penghuni
Proses menghuni adalah proses belajar, memahami lingkungan,
ruang pranata social di bentuk pertama kali dalam lingkungan terkecil, yaitu
keluarga. Sebagai proses maka menghuni berjalan seiring waktu, menyenangkan
dari waktu, atau menjadi suatu tekanan yang harus dihindari karena berbagai
tuntutan yang dibutuhkan untuk memahami, mengikat agar semua bagian dalam
pelajaran menghuni terwujud dalam hidup di lingkungan keluarga.
E. MEMBANGUN SECARA EKOLOGIS (basic
eco-design standard)
1. Kawasan penghijauan diantara kawasan
pembangunan
Perkembangan kawasan bangunan yang liar dan tidak teratur akan
menghancurkan kehidupan alam dan menciptakan kota yang layak dihuni. Kota dan
pedalaman harus berinteraksi seperti jari yang disambungkan satu sama lain.
Jika lahan berbukit-bukit, maka dataran dan lembah dimanfaatkan untuk pedesaan
dan pertanian, sedangkan lerengan merupakan perkotaan.
2. Tapak bangunan bebas gangguan
geobiologis dan radiasi elektromagnetik buatan yang minimal
Selain komunikasi antara manusia dan ibu bumi, radiasi
lingkungan, irama aktivitas matahari atau cuaca, memengaruhi kehidupan secara
positif karena terjadi secara terus-menerus. Jika pengintensifan radiasi
berubah menjadi stabil, maka pengaruhnya atas kehidupan bias negative, berarti
akan menimbulkan segala penyakit.
3. Rantai bahan dan bahan bangunan ekologis
3.1 Pembangunan dan kesehatan
3.2 Bahan bangunan ekologis
3.3 Peredaran bahan dan rantai bahan
4. Ventilasi alam dalam gedung
4.1 Penyegaran udara secara pasif
4.2 Penyegaran udara secara aktif
5. Kelembapan sebagai ancaman konstruksi
dan kesehatan
5.1 Lapisan permukaan dinding/langit yang mampu
mengalirkan uap air
5.2 Kelembapan tanah dan konstruksi bangunan yang kering
5.3 Kesinambungan pada struktur dan konstruksi
6. Kesinambungan pada struktur dan
konstruksi
Hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan
mempengaruhi pilihan struktur dan penggunaan bahan bangunan. Jika bamboo
dipilih sebagai bagian strktur, baian sekunder, bagian finishing, ataupun
bagian utilitas, maka harus selalu dipertimbangkan bahwa masa pakai (life span)
bamboo terbatas jika dibandingkan dengan kayu, baja, atau beton bertulang.
Berdasarkan kenyataan tersebut, pikiran selanjutnya mengikuti
prinsip structural, dimana setiap unsure bangunan yang lebih kuat. Makin banyak
bagian bangunan yang tahan lama, makin kecil biaya pemeliharaannya.
7. Bentuk/proporsi ruang
7.1 Penentuan bentuk
Di bidang arsitektur, ukuran biasanya berhubungan dengan hunian
manusia, tetapi karena ukuran gedung secara metafistis dapat disamakan dengan
mikrokosmos yang melambang makrokosmos mengandung cirri fisis maupun metafisis.
7.2 Arsitektur harmonikal
Gagasam tentang kosmos yang harmonikal dan kesamaan di antara
ilmu fisika dan tanggapan di bidang music tampil ke depan pada teori kuantum. Pentingnya
angka bulat terhadap angka bulat terhadap angka diferensial dan integral dalam
dalil ilmu gerak dan analisa spectral menunjukkan kebenaran pengetahuan kuno
tersebut.
8. Pembangunan berkelanjutan (ekologis)
Setiap konstruksi bangunan yang didirikan oleh manusia dari
bahan bangunan apapun, sesudah selesai akan menjadi tua, lemah, dan dikemudian
hari mulai runtuh. Lain halnya dengan konstruksi alamiah (pembangunan
konstruksi oleh alam sendiri)yang pada saat mulai memanfaatkannya akan tumbuh,
kemudian bertambah kuat, dan makin tua, makin tahan lama.
9. Bangunan bebas hambatan dan mobilitas
F. MEMBANGUN KEMBALI DAN RESIKLING
1. Membangun kembali dan mengganti kerugian
2. Sampah asal dari kegiatan pembangunan
dan susunannya
3. Pengolahan sampah

Alternatif "Giant Sea Wall"
Muslim Muin
Keputusan mempercepat pembangunan giant sea wall Jakarta menjadi
2014 sangat mengejutkan. Keputusan bersama Menko Perekonomian, Menteri
Perhubungan, Menteri PU, dan gubernur tiga wilayah (Jakarta, Jawa Barat,
Banten) perlu dikaji ulang.
Giant sea wall adalah sebuah tanggul laut raksasa yang
membentengi Teluk Jakarta. Proyek dengan panjang 30 kilometer dan bernilai di
atas Rp 200 triliun tersebut dirancang untuk mengatasi banjir akibat kenaikan
permukaan air laut, membersihkan air sungai sebelum ke laut, dan reklamasi
pantai.
Namun, sebagai seorang ahli teknik kelautan, penulis tidak
sependapat dengan keputusan itu. Tanggul laut raksasa adalah proyek salah
kaprah karena akan lebih banyak merugikan.
Jakarta tidak memerlukan tanggul laut raksasa karena tidak ada
banjir dari laut. Kalaupun terjadi rob, itu lebih disebabkan penurunan muka
tanah, bukan perubahan muka air laut.
Sebaliknya, tanggul laut raksasa akan memperparah banjir di
Jakarta, Bekasi, dan Tangerang. Kehadiran tanggul laut akan memperpanjang alur
sungai sehingga memperlambat aliran air. Belum lagi peningkatan laju
sedimentasi karena menurunnya kecepatan aliran air. Dengan demikian, selain
banjir juga terjadi percepatan pendangkalan sungai yang perlu biaya pengerukan
rutin besar.
Dampak lain adalah penutupan dua pelabuhan perikanan Nusantara.
Ribuan nelayan harus dipindahkan. Pembangkit Listrik Muara Karang juga harus
ditutup karena aliran air pendingin tidak lagi tersedia. Kalaupun
dipertahankan, biaya operasinya sangat besar karena memerlukan pompa yang
berjalan terus.
Tanggul laut raksasa yang direncanakan dalam sistem tertutup
membuat air tidak mengalir. Karena itu, kualitas lingkungan Laut Jakarta akan
rusak.
Awal mula
Muka air laut dipengaruhi pasang surut, tsunami, badai, dan
pemanasan global. Fluktuasi muka air laut di Jakarta lebih banyak dipengaruhi
pasang surut.
Jakarta berada pada perairan dangkal dan terlindung dari
tsunami. Ancaman tsunami untuk Teluk Jakarta berasal dari Selat Sunda (Gunung
Krakatau). Sebelum merambat ke Laut Jawa, tsunami harus melalui Selat Sunda
yang sempit dan dangkal sehingga sebagian energi hilang. Gelombang tsunami yang
merambat di Teluk Jakarta juga sangat kecil karena berada dalam daerah
terlindung.
Posisi Teluk Jakarta sangat jauh dari pusat badai di Laut China
Selatan. Perubahan muka air laut akibat badai akan lebih besar dampaknya di
Malaysia dan Kalimantan dibanding di Jakarta.
Pemanasan global tidak hanya mengancam Jakarta, tetapi juga
kota-kota lain di dunia. Kelihatan sekali pejabat DKI memperlakukan Jakarta
sebagai kota cengeng yang tidak terurus dan diperbodoh konsultan asing.
Jadi, Jakarta tidak memerlukan tanggul laut raksasa.
Usulan Belanda
Tanggul laut raksasa adalah proyek peninggalan Gubernur DKI
Jakarta Fauzi Bowo, diusulkan konsultan Belanda. Mereka menyebutnya Sea Dike
Plan Tahap III, dibangun tahun 2020-2030. Sesuai permintaan Gubernur DKI
Jakarta yang baru, Joko Widodo, Menko Perekonomian setuju mempercepat ide ini
langsung pada tahap III tanpa melalui tahap I dan II.
Peta tata letak menunjukkan, tanggul laut raksasa Jakarta tidak
sama dengan Palm Island Project di Dubai yang jadi acuan Wakil Gubernur DKI
Basuki Tjahaja Purnama. Tanggul laut raksasa dirancang dalam sistem tertutup
sehingga tidak terjadi putaran aliran air yang akan memperburuk kualitas
perairan Jakarta.
Juga tidak tampak akses keluar untuk Pelabuhan Perikanan
Nusantara sehingga fasilitas yang sangat penting ini harus ditutup. Karena itu,
keputusan untuk mempercepat proyek tanggul laut raksasa perlu dikaji ulang.
Selain akan berdampak pada sulitnya Pembangkit Listrik Muara
Karang mendapatkan air pendingin, ditutupnya Teluk Jakarta juga menyulitkan
jalur pipa untuk pasokan gas dan minyak. Karena itu, sekali lagi, rencana ini
harus dikaji saksama. Pipa yang ada belum tentu mampu menahan beban tanggul,
apalagi mengantisipasi risiko penurunan tanah di tanggul itu.
Aliran sungai
Mari kita lanjutkan uraian dengan melihat skema aliran air
sungai ke laut setelah tanggul laut raksasa dibangun. Dari tata letak yang
disajikan dalam laporan Jakarta Coastal Defense Strategy, tampak bahwa untuk
mempertahankan muka air di dalam tanggul diperlukan pompa yang harus bekerja
tanpa henti.
Bila pompa rusak, Jakarta akan tenggelam. Ini bila kita
menggunakan skenario terburuk laju penurunan 10 cm per tahun. Diperkirakan,
penurunan muka tanah sepanjang 2010-2030 adalah sekitar 2 meter.
Tinggi Sea Dike 3 ternyata tak sesuai. Kenyataannya, Sea Dike 3
akan dibangun pada kedalaman lebih dari 8 meter, tak hanya 3 meter seperti yang
disampaikan konsultan Belanda. Karena itu, Pemerintah Indonesia harus hati-hati
mengkaji ide ini.
Jika ukuran Sea Dike 3 disesuaikan dengan kedalaman air di jalur
tanggul laut raksasa tampaklah ukuran tanggul laut raksasa sangat besar bila
dibandingkan dengan hanya membuat tanggul di sepanjang pantai yang, menurut
saya, merupakan solusi lebih masuk akal dan murah. Tentu saja ketinggian
tanggul disesuaikan laju penurunan tanah.
Dari segi biaya, pembuatan tanggul jauh lebih murah. River dike
versi penulis hanya lebih tinggi 1 meter dibandingkan river dike versi
konsultan Belanda. River dike yang lebih tinggi juga berarti menampung air
tawar lebih banyak.
Pembaca bisa melihat dengan jelas, sistem yang saya usulkan tak
memerlukan pompa untuk mengalirkan air sungai ke laut karena memanfaatkan
gravitasi.
Tanggul sepanjang pantai tidak memerlukan pompa untuk
mengalirkan air sungai ke laut. Murah dan tidak perlu menutup fasilitas yang
sudah ada.
Sekali lagi bisa disimpulkan, Jakarta tidak memerlukan tanggul
laut raksasa. Jakarta cukup membuat tanggul sepanjang pantai pada daerah yang
mengalami penurunan tanah dan mempertinggi tanggul sungai. Jakarta harus segera
melarang reklamasi pantai karena akan memperparah banjir di kawasannya.
Muslim Muin Ketua Kelompok Teknik Kelautan Institut Teknologi
Bandung
#6 MATERI DARI BUKU “UNTUK APA UNTUK
SIAPA”
OBJEK
EKONOMI
Efisiensi
/ Pertumbuhan / Pendapatan Maksimal
![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
|||||
-
Daerah
Penghasil Distribusi
-
Sasaran
Bantuan Beban -
Penilaian
- Internal 

Pekerjaan



OBJEK SOSIAL
Kemiskinan / Keadilan / Stailitas Sosial OBJEK LINGKUNGAN
HIDUP
Dan Sistem Kultur Sumber Daya Alami / Keseimbangan
Sistem /
Daya Tahan Sistem
-
Bersigat
Umum
-
Konsultasi
-
Pluralis