Selasa, 22 Mei 2018

“KONSERVASI BANGUNAN KOLONIAL DI JL. PEMUDA KOTA DEPOK”


1
                
      LATAR BELAKANG

Bangunan bangunan bergaya kolonial Belanda banyak tersebar di Indonesia yang disesuaikan dengan iklim dan kondisi di Indonesia. Bangunan kolonial Belanda yang masih bertahan di Indonesia memiliki nilai sejarah yang tinggi, untuk mengetahui perkembagan bangunan yang ada pada zamannya serta perkembangan dari suatu kota. Salah satu daerah yang memiliki kaitan erat dengan sejarah masa kolonial Belanda adalah Kota Depok, Jawa Barat. Kota  Depok  sudah  dikenal  sejak  abad  ke  17  saat Indonesia masih dikuasai VOC (Vereenigde Oost Indische Compagne).  Sebagai kawasan bangunan  kolonial,  kota  Depok  tidak  lepas  dari  sosok  Cornelis   Chastelein   sebagai pendiri  Depok  pada  18  Mei  1693.  Bangunan bangunan  peninggalan  sejarah  di  Depok mayoritas  berada  di  Kelurahan  Depok  tepatnya di  Jalan  Pemuda  Kecamatan  Pancoran Mas,  Kota  Depok  Jawa  Barat.  Jalan  Pemuda  atau  dahulu  disebut  Jalan  Gereja  (Kerk Streat) merupakan salah satu jalan tua dengan nuansa kolonial yang masih cukup terasa dan  menjadi  area  pelintasan  utama  penghubung  antar  rumah rumah  warga  di  Depok Lama.  Jalan  Pemuda  pada  masa  kolonial  Belanda  merupakan  pusat  keramain  dan  cikal bakal  Kota  Depok,  sehingga  banyak  peninggalan peninggalan  dari  jaman  penjajahan Belanda yang masih dapat ditemukan, khususnya peninggalan peninggalan dari Cornelis Chastelein

Secara   arsitektural,   bangunan bangunan   kolonial   Belanda   di   Jalan   pemuda mempresentasikan sebuah langgam arsitektur kolonial Belanda yang unik dan menarik. Hal  ini  dapat  telihat  dari  fasade  bangunan  yang  masih  mencirikan  arsitektur  khas kolonial dan bangunan yang dibangun pada jaman kolonial ini ratarata memiliki bentuk bangunan  yang  simetris,  bertembok  tebal,  dengan  langitlangit  yang  tinggi,  di  bagian depan  terdapat  pilarpilar  dengan  tata  ruang  terbuka,  beratap  perisai  dengan  beranda luas,  pintu  dan  jendela  berukuran  besar,  dan  didominasi  warna  putih.  Namun  lambat laun  terjadi  penurunan  fungsi  dan  fisik  bangunan  yang  ditandai  dengan  beberapa bangunan   kolonial   Belanda   yang   berubah   fungsi   bahkan   ada   beberapa   bangunan kolonial Belanda yang dihancurkan.  


1.    METODE KONSERVASI


Lokasi  penelitian  ini  terdapat  pada  Jalan  Pemuda,  Kelurahan  Depok, Kecamatan   Pancoran  Mas,  Kota  Depok  Jawa  Barat  dengan  panjang  Jalan Pemuda  Depok  sekitar ±1km.  Berdasarkan  pertimbangan  pengambilan  sampel  bangunan,  observasi  bangunan kolonial  Belanda dilakukan  terhadap  seluruh  populasi  yang  berjumlah  10  bangunan kolonial 

- Massa Bangunan

Massa  bangunan  pada ke empat  kategori  di  Jalan  Pemuda  didominasi  dengan bangunan  tunggal  yang  berbentuk  kubus  serta  ketinggian  bangunan  yang  rata rata terdiri dari satu lantai bangunan dan proporsi perbandingan lebar bangunan lebih besar dibandingkan dengan tinggi bangunan.
 



- Atap 

Bentuk  atap  pada  ke empat  kategori  bangunan  di  Jalan  Pemuda  Depok  sangat mencirikan  sebagai  bangunan  peninggalan  kolonial  Belanda,  yang  berbentuk  perisai atau  limasan.  Atap  perisai  yang  diadaptasi  dari  bentuk rumah  tradisional  Jawa  dan penyesuaian  bentuk  atap  yang  dibuat  miring. Selain  itu  yang  juga  menjadi  ciri  dari bentuk  atap  pada  ke empat  kategori  bangunan  di  Jalan  Pemuda  adalah  terdapat  anak atap  dengan  bentuk  yang  beragam,  seperti  bentuk  perisai,  pelana,  atap  segi  lima  dan enam.  Letak  anak  atap  terdapat  dibagian  depan  atau  samping  bangunan  yang  juga berfungsi  untuk  menaungi  ruangan  yang  menjorok  kedapan.  Perubahan yang  terjadi, yaitu adanya penambahan atap perisai atau pelana pada massa tambahan yang terletak dibagian  belakang  bangunan  serta  perubahan material  atap  yang  lebih  baru.  Namun atap yang mengalami perubahan struktur maupun bentuk secara total, dibuat tidak jauh berbeda  dengan  bentuk  atap  bangunan  kolonial  yaitu  berbentuk  perisai,  agar  tidak menghilangkan  karakter  bangunan  di  Jalan  Pemuda  sebagai  bangunan  peninggalan kolonial Belanda.
 



- Dinding dan Kolom

Perubahan pada dinding eksterior adalah adanya penambahan dinding dengan ketebalan 15 cm pada massa tambahan yang terletak dibelakang bangunan yang dibuat menyatu dengan dinding bangunan utama, namun tetap tidak merusak bentuk, struktur dan  material  dinding  yang  lama,  serta  perubahan  pada  warna  cat  dinding.  Dinding eksterior yang mengalami perubahan total, karena adanya perluasan bangunan sehingga merubah dinding eksterior yang ada. 
Kolom  pada  bangunan  memiliki  bentuk  yang  sederhana  (polos)  dan  didominasi dengan bentuk kolom persegi. Bentuk yang umumnya ditemukan berupa kolom dengan lapik (dasar) yang berpelipit. Selain itu juga terdapat kolom kolom yang memilki hiasan profil  plesteran  pada  bagian  bawah  dan  atasnya yang  sederhana.  Profil  plesteran  ini berupa  garis garis  persegi  panjang  yang  memberi  kesan  geometris.  Selain  kolom  yang terbuat  dari  cor  beton,  juga  terdapat  tiang tiang  kayu  dan  tiang  besi  yang  dipakai sebagai penyangga atap. Perubahan yang terjadi pada kolom yaitu perubahan warna cat pada  kolom.  Beberapa  bangunan  yang  mengalami  perubahan  kolom,  yaitu  perubahan bentuk  dan  material  kolom  serta  terdapat  penambahan  kolom  baru  pada  beberapa bagian.






- Pintu dan Jendela
 
Beberapa bangunan yang mengalami perubahan pintu eksterior, yaitu mengalami perubahan pada bentuk dan material pintu yang sudah tidak sama dengan aslinya ataupun dibuat serupa dengan aslinya, serta terdapat penambahan dan letak pintu baru.







Beberapa   bangunan   yang   mengalami perubahan  jendela,  yaitu  mengalami  perubahan  pada  bentuk  dan  material  yang  sudah tidak   sama   dengan   aslinya   ataupun   dibuat   serupa   dengan   aslinya,   serta   terdapat penambahan dan letak jendela baru. 



KESIMPULAN  

Karakter   visual   pada   ke   empat   kategori   bangunan   sangat   dipengaruhi  oleh
Elemen elemen  bangunan yang  menjadi  ciri  bangunan  kolonial  Belanda.  Pada  karakter spasial dari ke empat kategori bangunan juga memiliki kesamaan pada tiap elemen yang menjadi  ciri  dari  bangunan  kolonial  Belanda  di  Jalan  Pemuda  Depok.
Berdasarkan arahan   pelestarian   pada   ke empat kategori,   terdapat   dua   arahan   pelestarian   yang mendominan,  yaitu  arahan  pelestarian  preservasi  dan  arahan  pelestarian  rehabilitasi. Arahan  pelestarian  dengan  tingkat  preservasi  paling  tinggi  terdapat  pada  rumah  tinggal. Elemen elemen  bangunan  dengan  prioritas  paling  tinggi,  yaitu  massa  bangunan,  atap, pintu,  jendela,  kolom,  lantai,  fungsi  ruang,  orientasi  ruang  dan  orientasi  bangunan. Tindakan yang dilakukan adalah melakukan perawatan berkala dan tidak diperbolehkan mengganti  dengan  material  baru.  Arahan  pelestarian  dengan  tingkat  rehabilitasi  yang paling tinggi terdapat pada GPIB Immanuel Depok. Elemen yang mengalami perubahan, seperti  atap,  denah,  dinding,  pintu,  jendela,  lantai  dan  plafon.  Perubahan  yang  terjadi, yaitu   berubahnya   bentuk   dan   material   pada atap,   terdapat   perluasan   bangunan sehingga  merubah  bentuk  denah  dan  terdapat  penambahan  dinding  masif  maupun dinding  partisi  pada  bagian  dalam  bangunan.  Terdapat  perubahan  bentuk  dan  material pada  pintu  dan  jendela,  serta  penambahan  pintu  dan  jendela  pada ruang ruang  baru.
Pada  elemen  lantai  dan  plafon  juga  mengalmi  perubahan  material,  sehingga  memiliki bentuk  dan  warna  yang  berbeda  dengan  aslinya.  Tindakan  pelestarian  yang  perlu dilakukan  pada  elemen elemen  baru  adalah  mengganti  material  yang  serupa  dengan aslinya  sesuai  dengan  bentuk,  material,  warna  dan  ukuran.  Namun  terdapat  beberapa elemen tambahan yang tetap dipertahankan dengan melakukan perawatan berkala agar tidak mengalami kerusakan dikemudian hari.


Sumber :
https://media.neliti.com/media/publications/116001-ID-pelestarian-bangunan-kolonial-belanda-di.pdf