Architect : Andra Matin Arcitect
Client : Hermawan Tanzil
Built Area : 693 m2
Address : Jl. Kemang Selatan 99A
Bentuknya sederhana, sebuah kotak semi transparan berukuran
12 x 12 meter, dengan tinggi 8 meter, yang dibungkus kisi-kisi kayu. Di
dalamnya: kosong. Hanya tiang-tiang baja hijau, tangga lipat sederhana, dan
bayang bilah-bilah kayu yang mengisi ruang. Kotak besar itu adalah lobby dari
Le Bo Ye, sebuah kantor desain grafis. Ditempatkan menempel pada bangunan
lamanya, massa tersebut memiliki dua sisi terbuka ke arah halaman luas yang
memungkinkan kita mengapresiasi bentuknya secara utuh, dan memahami dua
karakter arsitektur Andra matin yang mendudukkannya hari ini sebagai salah satu
arsitek terbaik Indonesia: Bold and beautiful.
Menggunakan baja telanjang sebagai struktur bangunan kantor
pada masa itu adalah tidak lazim. Belum lagi lantai semen dan dinding yang
tidak dicat. Juga tangga plat besi lipat yang dibuat tanpa alas peredam suara.
Kelontang kaki beradu logam akan menggema ke seluruh ruang tiap kali ada yang
naik turun. Tangga itu bahkan tidak dilengkapi dengan susuran – sebuah
prasyarat penting untuk keamanan dan keselamatan pengguna.
Di sini, kita dihadapkan pada sebuah konversi,
di mana kosa kata “arsitektur pabrik” dan “arsitektur gudang” diadopsi ke dalam
tipologi “arsitektur kantor”. Dalam konversi ini, bangunan dilucuti dari segala
ornamen yang “tidak penting” – menyisakan hanya “tulang belulang” dan kulit
yang tipis – dan tiap elemen bangunan ditampilkan secara “jujur”. Di sini, kita
menyaksikan ekspresi yang ekstrim dari sebuah arsitektur modern.
Dalam satu kotak tadi kita juga tidak hanya melihat
eksperimen yang mendobrak ekspresi tipologi yang lazim, tapi juga eksperimen
bentuk yang melawan konsensus umum tentang respons pada iklim tropis. Seperti
kita tahu, terik matahari selalu ditangkal dengan teritisan lebar dan atap
miring terjal yang memungkinkan terbentuknya bantalan udara penahan panas di
bawahnya.
Di Le Bo ye, Andra Matin
justru menggunakan kaca datar sebagai atap, dilapisi bilah-bilah kayu
yang sama dengan yang digunakan untuk menutupi bagian atas sisi yang
terbuka ke arah taman. Sementara bagian bawahnya dilengkapi dengan jajaran
pintu kaca. Tidak ada pengkondisian udara buatan. Angin dipicu oleh beberapa
kipas yang digantung menyebar di dalam ruang, juga ventilasi silang dari
celah antara bilah.
Ini adalah sebuah eksperimen yang
berani. Bahkan sebelum kita bicara tentang kemungkinan gagal, mengusulkannya ke
klien pun butuh kenekadan dan keyakinan super. Tapi justru kenekadan itu
yang menghasilkan estetika baru. Tanpa dikatakannya, Andra Matin tahu,
penggunaan material mentah dan kasar itu tidak akan menarik perhatian. Dengan
menempatkannya pada order yang rigid dan tertib, ia membuat mereka “hilang”.
Komposisi dari jajaran kolom yang mengisi ruang dengan lipatan plat tangga di
sisi jauh, lantai kusam dan dinding polos, atap tinggi dan tembus pandang yang
menyangkatkan kelengangan secara keseluruhan menyusun sebuah latar yang tangible
untuk sesuatu yang intangible: gerak.
Berdiamlah sejenak di ruang itu. Atap kaca akan merembeskan
cahaya. Dari bilah-bilah kayu tersaring gerumbul hijau pohon-pohon. Pintu-pintu
kaca berbaris terbuka – tegak seperti tentara. Kisi-kisi kayu di atas kepala
menghasilkan bayang-bayang panjang pada dinding dan lantai semen abu yang terus
berubah. Gemericik air terdengar konstan dari kolam yang gelap. Kulitnya
seperti cermin. Tunggu sampai orang-orang datang. Mereka akan mengisi meja dan
kursi-kursi. Berjalan ke toilet. Naik turun tangga. Memesan makanan. Semua
terjadi seperti sebuah koreografi yang luwes dan mulus antara yang tangible dan
intangible. Relasi yang dinamis antara keduanya membuat pengalaman ruang di
sana tak pernah sama. Andra Matin mengembalikan arsitektur sebagai sebuah
“kejadian”. Sesuatu yang tak berulang. Dan tiap kali kita menemukan sebuah
keindahan yang baru.
sumber : http://andramatin.com/p/la-bo-ye/
http:/arsitekturindonesia.org
https://archnet.org
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar